Etoposide atau VP-16 adalah obat untuk menangani kanker paru-paru jenis small cell lung cancer (SCLC). Selain itu, obat ini juga bisa digunakan untuk menangani kanker testis.
Etoposide bekerja dengan cara menghambat replikasi DNA dari sel kanker, sehingga memperlambat atau menghentikan pertumbuhan sel kanker. Obat ini akan langsung diberikan oleh dokter atau petugas medis di bawah pengawasan dokter.
Merek dagang etoposide: Etopul, Fytosid
Apa Itu Etoposide
Golongan | Obat resep |
Kategori | Obat antikanker |
Manfaat | Mengobati kanker paru-paru jenis small cell lung cancer (SCLC) dan kanker testis |
Dikonsumsi oleh | Dewasa |
Etoposide untuk ibu hamil dan menyusui | Kategori D: Ada bukti positif mengenai risiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar dari risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa.Etoposide dapat terserap ke dalam ASI. Bila Anda sedang menyusui, jangan menggunakan obat ini tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter. |
Bentuk obat | Suntik dan kapsul |
Peringatan Sebelum Menggunakan Etoposide
Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu Anda perhatikan sebelum menggunakan etoposide:
- Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki. Etoposide tidak boleh digunakan oleh pasien yang alergi terhadap obat ini.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang menderita penyakit ginjal, penyakit liver, kelainan darah, seperti anemia, leukopenia, atau trombositopenia.
- Beri tahu dokter jika Anda pernah menjalani kemoterapi atau radioterapi.
- Beri tahu dokter jika Anda berencana melakukan vaksinasi selama menjalani pengobatan dengan etoposide.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan. Gunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan selama menjalani pengobatan dengan etoposide.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat, suplemen, atau produk herbal tertentu.
- Jangan mengemudikan kendaraan atau melakukan kegiatan yang membutuhkan kewaspadaan selama menjalani pengobatan dengan etoposide, karena obat ini bisa menyebabkan pusing dan pandangan kabur.
- Sebisa mungkin, hindari kontak erat dengan penderita penyakit infeksi yang mudah menular, seperti flu, selama menjalani pengobatan dengan etoposide, karena bisa meningkatkan risiko Anda tertular.
- Segera temui dokter jika terjadi reaksi alergi obat, efek samping yang serius, atau overdosis setelah menggunakan etoposide.
Dosis dan Aturan Pakai Etoposide
Dosis etoposide berbeda-beda pada tiap pasien. Dokter akan memberikan dosis dan menentukan durasi pengobatan sesuai dengan kondisi yang dialami pasien. Berikut ini adalah pembagian dosis etoposide berdasarkan bentuk obat, luas permukaan tubuh (LPT), dan kondisi yang ingin diobati:
Bentuk Suntikan IV
-
Kondisi: Kanker paru-paru jenis small cell lung cancer (SCLC)
Dosisnya 35 mg/m2 LPT, diberikan melalui suntikan IV selama 4 hari, atau 50 mg/m2, diberikan melalui suntikan IV selama 5 hari. Dosis dapat diulangi tiap 3–4 minggu setelah kondisi pasien membaik.
-
Kondisi: Kanker testis
Dosisnya 50–100 mg/m2 LPT, diberikan melalui suntikan IV selama 1–5 hari, atau dosis 100 mg/m2, diberikan melalui suntikan IV pada hari 1, 3, dan 5. Dosis dapat diulangi tiap 3–4 minggu setelah kondisi pasien membaik.
Bentuk Kapsul
-
Kondisi: Kanker paru-paru jenis small cell lung cancer (SCLC)
Dosisnya 50 mg per hari.
Cara Menggunakan Etoposide dengan Benar
Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan obat sebelum mengonsumsi etoposide kapsul. Jangan menambah atau mengurangi dosis tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter.
Konsumsi etoposide kapsul secara teratur pada waktu yang sama tiap harinya. Etoposide dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan dengan bantuan segelas air putih. Telan obat secara utuh, jangan mengunyah atau menghancurkannya.
Jika lupa mengonsumsi etoposide, segera konsumsi jika jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya belum terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.
Etoposide suntik hanya boleh diberikan oleh dokter atau petugas medis di bawah pengawasan dokter. Dokter atau tenaga medis akan memberikan etoposide dengan cara disuntikan ke pembuluh darah (IV/intravena). Dosis penyuntikan etoposide akan disesuaikan dengan kondisi pasien.
Lakukan kontrol rutin sesuai anjuran dokter selama menjalani pengobatan dengan etoposide. Jangan berhenti menggunakan etoposide tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
Selama menjalani pengobatan dengan etoposide, Anda mungkin akan diminta untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah, tes darah lengkap, atau pemeriksaan indikator faktor pembekuan darah, seperti INR.
Simpan etoposide kapsul di tempat kering, tertutup, dan terhindar dari paparan sinar matahari secara langsung. Jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak.
Interaksi Etoposide dengan Obat Lain
Berikut ini adalah sejumlah efek interaksi yang dapat terjadi apabila menggunakan etoposide bersama obat lain:
- Peningkatan kadar etoposide di dalam darah dan risiko terjadinya efek samping jika digunakan dengan abametapir, lonafarnib, ciclosporin, atau nefazodone
- Penurunan kadar dan efektivitas etoposide jika digunakan dengan obat apalutamide atau enzalutamide
- Penurunan efektivitas dan peningkatan risiko terjadinya infeksi dari vaksin hidup, seperti vaksin influenza
Efek Samping dan Bahaya Etoposide
Beberapa efek samping yang mungkin terjadi setelah menggunakan etoposide adalah:
- Mual atau muntah
- Hilang nafsu makan
- Pusing atau lelah yang tidak biasa
- Diare
- Rambut rontok
- Untuk etoposide suntik, bisa terjadi nyeri atau kemerahan di area penyuntikan
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping di atas tidak kunjung mereda atau semakin parah. Segera ke dokter jika muncul reaksi alergi obat atau efek samping yang lebih serius, seperti:
- Sakit saat menelan atau sulit menelan
- Gangguan penglihatan, seperti pandangan kabur atau nyeri mata
- Mudah memar dan BAB hitam atau berdarah
- Kesemutan atau mati rasa pada lengan atau kaki
- Penyakit hati yang ditandai dengan gejala berupa penyakit kuning, sakit perut yang berat, urine berwarna gelap
- Penyakit infeksi yang ditandai dengan gejala berupa demam, sakit tenggorokan, atau batuk yang tidak kunjung membaik