Batuk berdarah dapat terlihat sebagai dahak yang bercampur garis-garis darah merah tipis atau darah yang keluar saat batuk. Batuk yang disertai darah umumnya merupakan tanda dari kondisi serius sehingga perlu diperiksakan ke dokter secepatnya.

Batuk berdarah (hemoptysis) bisa berasal dari kerusakan atau perdarahan di saluran pernapasan, mulai dari hidung, tenggorokan, batang tenggorok, atau paru-paru. Kondisi ini perlu segera diperiksakan karena dapat menjadi gejala awal dari berbagai penyakit serius, seperti infeksi, gangguan fungsi paru, atau bahkan kanker.

OBH Kombi 8 - Batuk Darah

Penyebab Batuk Berdarah

Penyebab batuk berdarah sangat beragam, tetapi umumnya berkaitan dengan berbagai penyakit di saluran pernapasan, seperti:

Selain itu, ada kondisi lain di saluran pernapasan yang dapat menyebabkan batuk berdarah, tetapi lebih jarang. Kondisi-kondisi tersebut termasuk:

Selain akibat penyakit di saluran pernapasan, batuk berdarah juga dapat disebabkan oleh:

  • Efek samping obat pengencer darah
  • Efek samping penggunaan NAPZA
  • Gagal jantung, terutama karena penyakit katup jantung mitral
  • Penyakit autoimun, seperti lupus, granulomatosis Wegener, atau sindrom Churg-Strauss

Faktor risiko batuk berdarah

Seseorang akan lebih rentan menderita batuk berdarah bila terdapat faktor-faktor di bawah ini:

  • Merokok
  • Menderita HIV/AIDS
  • Memiliki hipertensi yang tidak terkontrol dengan obat
  • Mengonsumsi obat imunosupresan
  • Pernah menjalani operasi atau rawat inap di rumah sakit
  • Memiliki keluarga dengan riwayat gangguan pembekuan darah

Gejala Batuk Berdarah

Batuk berdarah ditandai dengan keluarnya darah saat batuk. Banyaknya darah yang keluar tergantung pada seberapa parah kondisi yang diderita dan penyebab yang mendasarinya. Meski nyaris mirip, gejala batuk berdarah berbeda dengan muntah darah.

Kondisi batuk berdarah umumnya ditandai dengan:

  • Warna darah merah terang atau merah gelap
  • Darah keluar bersama dahak
  • Darah dan dahak tampak berbusa

Tergantung penyebabnya, batuk berdarah juga dapat memunculkan gejala lain, seperti:

  • Batuk selama beberapa minggu sebelum batuk berdarah timbul 
  • Sesak napas
  • Nyeri dada
  • Demam
  • Berkeringat pada malam hari 
  • Tubuh terasa letih dan lemah 
  • Hilang nafsu makan
  • Berat badan menurun

Kapan harus ke dokter

Batuk berdarah merupakan salah satu gejala penyakit di saluran pernapasan. Oleh karena itu, segera hubungi dokter jika mengalami batuk berdarah agar mendapatkan penanganan yang cepat.

Segera ke instalasi gawat darurat (IGD) jika mengalami batuk berdarah dengan kondisi di bawah ini:

  • Batuk berdarah disertai dengan nyeri dada, sesak napas, dan pusing seperti akan pingsan
  • Batuk berdarah yang terjadi setelah terjatuh atau mengalami cedera di bagian dada
  • Terdapat darah pada tinja atau urine
  • Darah yang keluar sangat banyak atau darah keluar terus menerus
  • Muncul gejala syok, seperti pandangan gelap, keringat dingin, hingga sesak napas

Kebanyakan kasus batuk berdarah di Indonesia disebabkan oleh TBC. Bila Anda menderita TBC, lakukan kontrol ke dokter secara berkala. Hal ini karena pengobatan TBC membutuhkan waktu yang cukup panjang (minimal 6 bulan) dengan dosis yang harus selalu disesuaikan dengan berat badan.

Diagnosis Batuk Berdarah

Untuk mendiagnosis penyebab batuk berdarah, dokter akan terlebih dahulu menanyakan gejala yang dialami oleh pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik. 

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang untuk menentukan penyebab batuk berdarah dan tingkat keparahan penyakit tersebut. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain:

  • Tes dahak, untuk melihat bakteri yang bisa jadi penyebab batuk berdarah
  • Foto Rontgen atau CT scan, untuk melihat kondisi paru-paru
  • Teropong saluran pernapasan (bronkoskopi), untuk melihat kondisi saluran pernapasan dari bagian dalam
  • Tes darah, untuk mendeteksi kemungkinan adanya gangguan pembekuan darah

Pengobatan Batuk Berdarah

Pengobatan batuk berdarah disesuaikan dengan penyebabnya maupun keparahan kondisinya, seperti dijelaskan di bawah ini:

Batuk berdarah akibat infeksi

Jika disebabkan oleh infeksi, misalnya pneumonia atau TBC, batuk berdarah perlu diobati dengan pemberian antibiotik. Obat yang diberikan bisa satu jenis atau kombinasi dengan obat-obatan lain. 

Pasien perlu menjalani pengobatan selama waktu yang ditentukan dokter untuk penyembuhan yang optimal dan untuk mencegah resistensi antibiotik.

Batuk berdarah akibat kanker paru

Pada batuk berdarah yang disebabkan oleh kanker paru, pengobatannya tergantung pada jenis kanker dan tingkat keparahannya.

Kanker paru dapat ditangani dengan operasi, kemoterapi, radioterapi, maupun kombinasi dari ketiganya. Pengobatan ini bertujuan untuk membunuh jaringan kanker yang tersisa dan mencegah kanker muncul kembali.

Batuk berdarah parah 

Penderita batuk berdarah yang parah bisa kehilangan darah dalam jumlah banyak dan mengalami syok hipovolemik. Kondisi batuk berdarah yang sudah parah ini perlu ditangani segera dengan berbagai tindakan berikut:

  • Pemberian infus dalam jumlah banyak guna mempertahankan aliran darah ke seluruh tubuh
  • Pemberian asam traneksamat untuk menghentikan perdarahan
  • Bronkoskopi, untuk mengeluarkan gumpalan darah di aliran udara yang menyebabkan perdarahan
  • Intubasi endotrakeal, sebagai bantuan napas saat pasien kekurangan oksigen.

Komplikasi Batuk Berdarah

Darah yang keluar sangat banyak bersama batuk dapat menimbulkan syok akibat kehilangan banyak darah (syok hipovolemik), yang ditandai dengan:

Tergantung pada penyebabnya, beberapa komplikasi lain yang dapat muncul akibat batuk berdarah adalah:

Pencegahan Batuk Berdarah

Batuk berdarah dapat dicegah dengan menghindari penyakit penyebabnya. Beberapa perilaku yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan saluran pernapasan adalah:

  • Menjaga ventilasi udara di rumah tetap baik
  • Tidak merokok
  • Mencuci tangan secara teratur
  • Menutup mulut dan hidung ketika bersin atau batuk menggunakan tisu, sapu tangan, atau lengan baju bagian dalam
  • Menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai saat bekerja, terutama di lingkungan yang sangat berpolusi
  • Menerapkan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi buah dan sayur, serta berolahraga secara teratur
  • Memastikan bayi mendapatkan vaksinasi BCG sebagai pencegahan infeksi tuberkulosis