Atresia esofagus adalah kelainan bawaan bayi yang menyebabkan kerongkongan atau esofagus tidak terbentuk sempurna. Kondisi ini membuat makanan yang masuk ke mulut bayi tidak dapat mengalir ke lambung, sehingga perlu segera ditangani untuk mencegah terjadinya berbagai komplikasi.
Kerongkongan atau esofagus adalah tabung yang menghubungkan mulut dengan lambung. Pada atresia esofagus, terjadi kelainan yang menyebabkan kerongkongan seperti terputus di tengah-tengah dan terbagi menjadi dua tabung. Atresia esofagus tergolong jarang terjadi, yakni hanya 1 dari 3.000–4.500 kelahiran.
Atresia esofagus menyebabkan bagian atas esofagus membentuk kantung yang dipenuhi makanan atau air liur dari mulut, sedangkan bagian bawah esofagus biasanya akan membentuk sambungan dengan trakea atau saluran pernapasan. Sambungan ini disebut dengan fistula trakeo-esofagus. Meski begitu, tidak semua atresia esofagus membentuk sambungan ini.
Jenis Atresia Esofagus
Atresia esofagus memiliki berbagai macam tipe berdasarkan ada atau tidaknya fistula trakeo-esofagus dan sambungannya. Tipe atresia esofagus akan menentukan risiko terjadinya komplikasi pada bayi.
Berikut adalah tipe-tipe atresia esofagus:
- Atresia esofagus tipe A
Pada tipe ini, ujung kerongkongan bagian atas dan bawah tidak terhubung dan tertutup sehingga terbentuk seperti kantong. Tipe ini tidak membentuk fistula ke trakea.
- Atresia esofagus tipe B
Atresia esofagus tipe B menyebabkan ujung kerongkongan bawah tertutup, sedangkan ujung kerongkongan atas membentuk fistula yang terhubung ke trakea. Atresia esofagus tipe B adalah tipe yang paling jarang terjadi.
- Atresia esofagus tipe C
Pada tipe ini, ujung kerongkongan bagian atas tertutup, sedangkan ujung di bagian bawah membentuk fistula yang terhubung ke trakea. Tipe C adalah tipe atresia esofagus yang paling sering terjadi.
- Atresia esofagus tipe D
Pada tipe ini, ujung kerongkongan bagian atas dan bawah membentuk fistula yang terhubung ke trakea. Atresia esofagus jenis ini juga sangat jarang terjadi.
Penyebab Atresia Esofagus
Atresia esofagus merupakan salah satu jenis kelainan kongenital. Dengan kata lain, kondisi ini terjadi sejak lahir. Meski penyebab terjadinya atresia esofagus belum diketahui secara pasti, ada dugaan bahwa kondisi ini terjadi akibat kelainan genetik.
Faktor risiko atresia esofagus
Atresia esofagus dapat terjadi pada bayi mana pun. Namun, kondisi ini lebih sering terjadi pada kehamilan dengan kondisi terlalu banyak air ketuban (polihidramnion). Atresia esofagus juga lebih sering terjadi pada bayi yang memiliki kelainan bentuk pada ginjal, jantung, atau tulang belakang.
Risiko terjadinya atresia esofagus juga meningkat pada kehamilan dengan bayi tabung (IVF) atau inseminasi buatan. Selain itu, usia ayah yang lebih dari 40 tahun dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini.
Gejala Atresia Esofagus
Gejala atresia esofagus biasanya muncul segera setelah bayi lahir. Beberapa keluhan yang umumnya muncul adalah:
- Air liur menetes terus-menerus (ngeces)
- Mulut berbusa
- Sulit menyusu
- Batuk, tersedak, atau muntah, terutama saat menyusu
- Kulit membiru (sianosis), terutama ketika menyusu
- Sulit bernapas atau napas berbunyi
Kebanyakan bayi yang mengalami atresia esofagus juga dapat mengalami kelainan bentuk tubuh lain, seperti:
- Kelainan tulang belakang, seperti skoliosis
- Lubang anus tidak terbentuk (anal atresia)
- Kelainan pada bentuk atau proporsi wajah
- Cacat pada kaki atau tangan, seperti polidaktili
- Penis terlalu kecil atau testis tidak turun (kantung buah zakar kosong)
- Kelainan bentuk telinga, misalnya telinga tidak memiliki cuping
- Bibir sumbing
Kapan harus ke dokter
Atresia esofagus dapat terdeteksi selama masa kehamilan. Oleh karena itu, lakukan pemeriksaan rutin ke dokter pada waktu yang disarankan. Hal ini agar kesehatan ibu dan janin dapat terpantau selama masa kehamilan.
Umumnya, atresia esofagus akan langsung menimbulkan gejala setelah bayi lahir. Segera laporkan ke dokter jika Anda menyadari adanya keluhan seperti yang telah dipaparkan di atas.
Diagnosis Atresia Esofagus
Selama masa kehamilan, dokter dapat menduga atresia esofagus jika hasil USG kehamilan menunjukkan jumlah air ketuban yang lebih dari normal. Namun, USG kehamilan saja tidak dapat menetapkan diagnosis atresia esofagus.
Umumnya, atresia esofagus terdeteksi setelah bayi lahir, tepatnya ketika ia menyusu. Bayi akan terlihat kesulitan menelan, tersedak, atau bahkan sesak napas dan kulitnya membiru.
Jika bayi mengalami tanda-tanda tersebut, dokter akan melakukan pemeriksaan dengan memasukkan selang melalui hidung atau mulut. Selang ini akan didorong hingga mencapai lambung. Jika ada atresia esofagus, selang akan terhenti di pertengahan dan tidak bisa didorong lagi.
Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan foto Rontgen untuk melihat bentuk esofagus bayi, serta jarak antara bagian atas dan bawah esofagus yang terpisah. Selain untuk diagnosis, pemeriksaan ini juga dibutuhkan untuk menentukan penanganan kondisi ini.
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh dan tes penunjang lain untuk mencari kelainan bentuk pada organ lain, seperti jantung atau ginjal.
Pengobatan Atresia Esofagus
Atresia esofagus harus segera ditangani setelah diagnosis ditegakkan. Dokter akan melakukan operasi untuk memperbaiki kondisi kerongkongan agar bayi dapat menerima asupan nutrisi dengan normal.
Sebelum operasi, bayi tidak boleh menerima apa pun dari mulut. Dokter akan memasang tabung gastrotomi yang dipasang di perut dan langsung terhubung dengan lambung sehingga bayi bisa menerima makanan. Tabung ini akan digunakan hingga beberapa saat setelah operasi. Dokter juga bisa memberikan infus nutrisi untuk bayi.
Operasi pertama yang dilakukan adalah untuk menutup sambungan antara kerongkongan dan saluran napas jika ada. Hal ini untuk menghindari terjadinya komplikasi pada paru-paru.
Setelah itu, dokter akan melakukan tindakan untuk menghubungkan ujung atas dan bawah kerongkongan. Proses penyatuan ini bisa memakan waktu yang berbeda-beda pada setiap bayi, tergantung pada seberapa jauh ujung kerongkongan terpisah.
Komplikasi Atresia Esofagus
Atresia esofagus dapat membuat air liur, makanan, atau minuman masuk ke dalam paru-paru. Akibatnya, penderita atresia esofagus dapat mengalami komplikasi berupa pneumonia aspirasi.
Selain pneumonia aspirasi, atresia esofagus juga dapat menimbulkan komplikasi lain jika tidak segera ditangani. Beberapa komplikasi tersebut adalah:
- Gangguan makan
- Gastroesophageal reflux disease (GERD) setelah operasi
- Penyempitan saluran kerongkongan akibat terbentuknya bekas luka operasi
Pencegahan Atresia Esofagus
Atresia essofagus sulit dicegah karena merupakan kelainan bawaan. Namun, risiko terjadinya atresia esofagus dapat diturunkan dengan merencanakan kehamilan secara matang dan menjaga kehamilan tetap sehat. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah:
- Mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang
- Berolahraga secara rutin
- Beristirahat yang cukup
- Menjalani pemeriksaan kehamilan secara rutin